Jakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkap biang kerok penyebab kelangkaan gula di ritel modern belakangan ini.
Menurut Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim, kelangkaan terjadi karena pelaku usaha kesulitan mendapatkan stok gula dari impor dan harga yang tinggi.
“Ya karena lebih kesulitan memperoleh gula di sana (dari impor) dengan harga yang boleh di Indonesia kan. Harganya kan di luar tinggi,” kata di Kementerian Perdagangan, Jumat (19/4) seperti dikutip dari detikfinance.
Ia menambahkan saat ini harga gula internasional sejatinya sudah turun. Namun, pasokan yang saat ini diimpor didapatkan menggunakan harga sebelum mengalami penurunan.
Penyebab lainnya saat ini pabrik gula juga belum melakukan penggilingan.
“Sekarang juga udah memasuki musim giling kan Mei,” jelasnya.
Meski begitu, menurut data yang dimilikinya, stok gula konsumsi masih cukup sampai bulan depan. Stok yang dimaksud adalah berada di BUMN hingga swasta sebanyak 330 ribu ton.
“Kalau dari sisi stok masih cukup sampai bulan depan, karena dari stoknya dari 300 (ribu ton) kan, dari catatan kami di BUMN dan swasta itu lebih dari 330 (ribu ton). Artinya cukup untuk satu bulan. Ketahanan stok itu kan 1,5 bulan hampir 2 bulan, jadi cukup lah itu stoknya,” terangnya.
Menurut Isy pemerintah dengan pelaku usaha juga tengah membahas terkait kelangkaan gula yang saat ini terjadi. Namun memang soal ketersediaan berada pada ranah Badan Pangan Nasional.
“Saya sudah ke Kemenko (Bidang Perekonomian), sekarang ada rapat gula di sana mengenai roadmap pergulaan. Sekalian ngobrolin ini karena sudah mulai ada kelangkaan. Tapi penanganannya di Bapanas. Kami menyampaikan hasil pemantauan kami,” jelas dia.
Gula di sejumlah toko ritel modern langka dalam beberapa waktu terakhir.
Salah satu kelangkaan terjadi di Indomaret di kawasan Otista, Jakarta Timur. Ardita, petugas di Indomaret tersebut mengatakan kelangkaan terjadi sejak beberapa waktu belakangan ini.
“Banyak banget yang nanyain gula, setiap hari pasti ada yang bertanya 1 atau 2 orang,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/4).
Tapi sayang barangnya lagi tidak ada. Ia bercerita pasokan gula terakhir masuk ke toko yang dijaganya sejak seminggu sebelum Lebaran lalu. Saat itu pasokan masuk sebanyak 2 karung gula.
Karung berisi 20 kg. Saat masuk, harga gula berangsur naik dari Rp16 ribu menjadi Rp17.500 per kg.
“itu terjadi seminggu sebelum Lebaran,” katanya.
Tak hanya di Indomaret, kekosongan juga terjadi di Alfamidi di kawasan yang sama. Pegawai bernama Vera mengungkap pasokan gula di tempatnya pun kosong dalam beberapa hari terakhir.
Padahal, banyak masyarakat yang mencari gula.
“Habis mas, gulanya belum datang. Puluhan orang ada mas yang nanyain gula. Biasanya sekali datang, kita dapat 3 karung gula, tapi memang ini belum ada” ujar Vera.
Namun pemandangan berbeda terjadi di Alfamart Otista Raya. Di sana, pasokan gula baru masuk.
“Itu baru datang mas 2 karung, sudah dibuka karungnya,” pungkas Bimas yang merupakan karyawan di sana.
Selanjutnya, harga di ketiga ritel tersebut dibanderol dengan harga yang sama, yakni Rp17.500 per kilogram (kg).
(agt)